Rabu, 03 Agustus 2011

03.08.2011

maaf karena selalu berbohong
maaf karena kata-kata itu semuanya palsu
maaf karena nggak selalu ada buatmu
maaf karena rasa yang kubagi denganmu itu cuma ilusi



tapi air mata ini nyata,
yang nggak tahu kapan jatuhnya
sakit yang tiba-tiba kumat di dalam sana juga tulus,
meskipun nggak tahu darimana asalnya
aku nggak pernah tahu,
kamu sudah mengambil tempat yang begitu dalam di sini
aku nggak pernah sadar karena terlalu sibuk dengan kata maaf yang ini dan itu,
untuk kesalahan satu dan banyak lainnya



_tiba-tiba kamu sudah menjadi penting buatku_

waktu aku sama kamu (II)

Keangkuhan yang selalu luluh pada kecantian abstrak
Desisan licik ketika kau hembuskan asap rokok dari mulutmu
Pesona yang tak pernah mati dalam semerbak parfum mahal
di kerah kemeja putih itu
Arogansi dan gengsi tak tergapai untuk mengcover puluhan misi dengan misteri
Bukankah memang itu pekerjaanmu disana sepanjang sisa waktu kuliahmu?
– menjilid dan mengcover buku-buku dengan selembar karton warna-warni –
Setangkai poisoned ivy berkedok American beauty

Waktu Aku Sama Kamu

Prolog
Pernah menjadi salah satu yang kamu inginkan adalah sesuatu yang pantas untuk disimpan.
Dan selayaknya seseorang yang tersanjung karena merasa istimewa, aku mulai menuliskan semuanya, sepanjang yang aku ingat, sejauh yang mungkin untuk diceritakan...
ϗ ϗ ϗ
26 Januari 2011
Ku akui, pesonamu begitu menyilaukan. Sebenarnya aku menyadarinya, tapi aku hanya menutup mata dan pura-pura tidak tahu. Sampai pada hari itu, kamu memintaku untuk berdiri di sampingmu waktu kamu menunjukkan sebuah formula dalam program Excel di laptopku. Batinku bilang, “nggak. Aku nggak mau dekat-dekat kamu. Karena kamu terlalu wangi... dan itu nggak baik untuk jantungku yang karatan.” Tapi nyatanya aku tetap bergerak mendekatimu, dengan jantung karatanku yang berdenyut over beat.
ϗ ϗ ϗ

Follower