Rabu, 12 Mei 2010

09.05.2010

dalam tubuh terlatih seorang petarung sejati milikku, terdapat roh yang lapuk oleh perang. dia memiliki jiwa yang kerdil. tersembunyi disana, ketakutan terbesarku melebihi phobia dan masalah keimanan....

orang-orang menyebutnya "Impian Masa Depan". tapi bagiku itu tak lebih dari sekedar skenario yang harus kuperankan.

tapi karena Tuhan sutradaraku, aku berjanji akan bersinar untukNYA.



(catatan pengukuh iman yang ditulis dengan skeptis oleh seorang petarung tunggal)

Selasa, 04 Mei 2010

sekilas pemikiran




Kenapa aku BARU menyadari kalau otoritas orang tua bisa jadi sangat mengerikan?”

Pertanyaan sekaligus pernyataan itu muncul begitu saja di kepalaku hari itu...
Semua berawal saat detik-detik menjelang ujian nasional mulai mendekat. Saat itu semua perguruan tinggi mulai membuka penerimaan mahasiswa baru, dan momen itu disambut siswa-siswa senior SMA dengan penuh antusias. Dan selayaknya seorang siswa yang mempunyai impian dan rencana masa depan, tentu saja aku juga ikut menyibukkan diri dengan mendaftar berbagai jalur masuk penerimaan mahasiswa baru di berbagai universitas.
Saat itu aku menyadari, jalanku menuju dunia kuliah tidak akan mudah. Bukan masalah dana kuliah, karena orang tuaku terbilang mampu. Bukan juga masalah minat melanjutkan sekolah, karena aku suka sekolah... Tapi masalah penentuan pilihan. Aku tahu proses pemilihan jurusan itu akan jadi proses yang paling menyakitkan diantara proses kehidupanku yang lain. Dalam hidupku, setiap kali aku dihadapkan pada titik dimana aku harus memilih, aku akan selalu tersakiti. Aku tidak pernah membuat pilihan dalam hidupku. Itu semua karena seseorang. Seseorang itu adalah orang yang adikuasa dan bisa menentukan segalanya untukku. Hanya satu orang, dan dia bukan Tuhan. Tapi kekuasaannya bisa sangat mengerdilkan.

Follower