Titel : TOOTH FAIRY
Director : Michael Lembeck
Artist : Dwayne Johnson, Julie Andrews, Ashley Judd, Stephen Merchant, Chase Ellison, Destiny Grace Whitlock.
Genre : Drama keluarga
TOOTH FAIRY, All About Believes
Kisah seorang pemain hockey senior pesimistis yang membenci impian, Derek Thompson (Dwayne Johnson). Dia dijuluki “Tooth Fairy” karena setiap pemain lawan yang dijatuhkannya pasti akan kehilangan gigi mereka. Dan dia bangga dengan julukan itu. Well, cukup aneh mengingat dia sendiri nggak percaya adanya Tooth Fairy dan teman-teman senegeri dongengnya. Derek memiliki sifat buruk, yaitu suka membunuh impian orang-orang dengan kalimat semacam, “rendahkan pengharapanmu” atau “lupakan impianmu” dan sebagainya, yang selalu berhasil membuat lawan bicaranya pesimis.
Sebagai akibat dari ketidakpercayaannya,
Derek mendapat sebuahsurat perintah dari Tooth Fairy Division bagian Department of Dissemination of Disbelief untuk datang ke Fairy Land dan bertemu sang peri pimpinan, Lily (Julie Andrews). Dan diberi sayap dan baju peri dan sebagainya. Intinya, dia dijadikan seorang peri gigi dan mendapat hukuman dua minggu melaksanaka tugas peri gigi. Lalu Derek menjalani hidup baru sebagai peri. Sejak hari itu, kapanpun dia mendapat radar gigi tanggal, sayap dan kostumnya langsung muncul dan dia harus segera melaksanakan tugasnya. Ternyata, tugas mengambil gigi dari bawah bantal dan menggantinya dengan uang satu dolar, itu nggak semudah yang dia kira. Baru satu minggu melaksanakan tugas, dia sudah dicap sebagai peri terburuk karena pekerjaannya nggak pernah ‘rapi’, ditambah lagi dia satu-satunya peri yang nggak bisa menghilang dan nggak bisa terbang.
Derek mendapat sebuah
Karena hukuman itu, sedikit demi sedikit dia berubah jadi orang yang optimis. Dia bahkan berhasil meyakinkan Randy (Chase Ellison) – anak pertama Carly yang jago main gitar – untuk tampil di panggung. Dia juga berhasil meyakinkan Tracy (Stephen Merchant) – peri pendampingnya yang nggak bersayap – bahwa meskipun dia nggak bersayap dia tetap seorang peri yang memiliki kekuatan.
Tapi ketika optimismenya yang belum begitu ‘matang’ diuji dengan sebuah kekalahan di atas lapangan es, Derek langsung down dan mengatakan kepada Randy dan Tracy, bahwa mereka nggak bisa menjadi apa yang mereka inginkan. Tapi ketika semua orang menjauhinya karena kesalahan fatal yang dia lakukan, hanya Tracy yang tetap di sampingnya. Meyakinkan Derek, bahwa orang yang suka membunuh impian orang lain sekalipun, tetap bisa meraih impiannya. Selain itu, dia diberi tahu oleh Lily bahwa dunia peri sedang kekurangan dana akibat banyaknya anak-anak yang mulai tidak percaya pada adanya dunia mereka.
Film ini benar-benar mengandung values yang sangat bagus, tentang impian dan rasa percaya. Kita bisa belajar banyak dari film ini, antara lain tentang pentingnya memiliki impian bagi siapapun – terutama anak-anak. Ada sebuah scene dimana Lily si ibu peri memberi tahu Derek bahwa dunia peri sedang mengalami krisis karena anak-anak mulai tidak percaya. Lily mengatakan bahwa imajinasi anak-anak yang luar biasa adalah senjata yang sangat kuat yang dimiliki seorang anak. Terang saja jika anak-anak tidak percaya pada dunia peri, mereka akan hancur bahkan tanpa meninggalkan sejarah, karena dunia mereka ada dan tercipta karena imajinasi mereka dan kepercayaan mereka pada keajaiban.
Saat awal Derek menjadi seorang peri, dia diceritakan nggak bisa terbang. Hal itu disebabkan karena dia nggak percaya pada kekuatan peri. Sebenarnya, adegan tersebut mengandung pesan bahwa orang yang tidak percaya adalah orang yang menyianyiakan kehidupan. Bayangkan saja, apa gunanya kita punya sayap yang lebar tapi kita tidak mempercayai bahwa sayap kita berfungsi.
Nilai moral lain juga dapat kita temukan dalam kalimat faforit saya, yang diucapkan Derek ketika dia minta maaf pada Randy. Saat meminta maaf, Derek mengatakan, “you gotta keep playing guitar. Cause nothing you love that much could be a waste of time”, saya setuju tentang hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar