Saya pernah
melancong ke sebuah dunia maya dimana semua penduduknya cantik jelita dan
selalu berjalan dengan liuk tubuh yang begitu menggoda. Mereka adalah sebuah
negeri dengan peradaban tinggi. Busana mereka adalah sarung berbahan minim yang
berharga setara mobil karena dibordir dengan sejumlah nama tokoh petingginya.
Lagu
kebangsaannya bergenre RnB. Bendera kebangsaan mereka berganti-ganti
menyesuaikan musim. Kadang evening dress, atau bisa jadi sweamwear yang
melambai lambai di ujung tiang di depan gedung pemerintahan.
Jika anda ingin
bersenang-senang, saya sarankan datang saja kemari. Setiap hari kerja mereka
hanya mengadakan party dengan musik ultra keren, dan minum vodka seperti
mengkonsumsi air mineral. Bersolek dan memakai sarung-sarung terbaru yang tidak
mampu menutupi seperempat tubuh mereka, lalu memamerkannya di lintasan yang
tidak lebih panjang dari lapangan kasti.
Negeri itu
mendidik generasinya untuk menjual muka, menjual ekspresi, menjual diri dengan
tameng “ini adalah seni”. Hukumnya mewajibkan sepatu berhak tiga belas centi
berwarna warni selalu menghiasi kaki kaki jenjang nan seksi dua puluh empat jam
sehari. Jadi jika anda benar-benar berkunjung, hindari flip flop, atau anda
akan disangka alien. Anehnya, di sana tidak ada benda yang milineri. Topi,
sepatu, kacamata, bahkan rok dan blus saja fungsinya hanya untuk menambah
gengsi; tidak pakai pun tidak akan ada yang menilang.
Ah, dan jangan
menutup mata dari isu nasional bahwa negeri itu bergelimang harta karena
penduduknya mengidap bulimia dan anoreksia. Betapa itu adalah sebuah ironi, di
setiap konferensi akbar yang diadakan hampir tiap hari mereka menghidangkan berbagai
macam nutrisi, tapi tidak seorangpun yang berani menyentuh. Hanya rokok dan
vodka yang paling digemari.
Yang saya heran,
untuk negara sebesar itu, mereka hanya punya satu stasiun TV. Tetapi mereka
punya banyak media cetak yang dengan mudah meracuni generasi muda di negara
lain.
Dan negeri itu
punya semboyan yang berbunyi,
“fashion itu
bukan tentang fungsi. Aksesoris hanyalah sepotong iconografi untuk merefleksi
identitas individual.”
#disuatu masa, waktu jengkel sama kuliah. nonton FashionTV
#disuatu masa, waktu jengkel sama kuliah. nonton FashionTV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar