Jumat, 04 Mei 2012

melancong ke dunia maya



Saya pernah melancong ke sebuah dunia maya dimana semua penduduknya cantik jelita dan selalu berjalan dengan liuk tubuh yang begitu menggoda. Mereka adalah sebuah negeri dengan peradaban tinggi. Busana mereka adalah sarung berbahan minim yang berharga setara mobil karena dibordir dengan sejumlah nama tokoh petingginya.

Lagu kebangsaannya bergenre RnB. Bendera kebangsaan mereka berganti-ganti menyesuaikan musim. Kadang evening dress, atau bisa jadi sweamwear yang melambai lambai di ujung tiang di depan gedung pemerintahan.

Jika anda ingin bersenang-senang, saya sarankan datang saja kemari. Setiap hari kerja mereka hanya mengadakan party dengan musik ultra keren, dan minum vodka seperti mengkonsumsi air mineral. Bersolek dan memakai sarung-sarung terbaru yang tidak mampu menutupi seperempat tubuh mereka, lalu memamerkannya di lintasan yang tidak lebih panjang dari lapangan kasti.


Negeri itu mendidik generasinya untuk menjual muka, menjual ekspresi, menjual diri dengan tameng “ini adalah seni”. Hukumnya mewajibkan sepatu berhak tiga belas centi berwarna warni selalu menghiasi kaki kaki jenjang nan seksi dua puluh empat jam sehari. Jadi jika anda benar-benar berkunjung, hindari flip flop, atau anda akan disangka alien. Anehnya, di sana tidak ada benda yang milineri. Topi, sepatu, kacamata, bahkan rok dan blus saja fungsinya hanya untuk menambah gengsi; tidak pakai pun tidak akan ada yang menilang.

Ah, dan jangan menutup mata dari isu nasional bahwa negeri itu bergelimang harta karena penduduknya mengidap bulimia dan anoreksia. Betapa itu adalah sebuah ironi, di setiap konferensi akbar yang diadakan hampir tiap hari mereka menghidangkan berbagai macam nutrisi, tapi tidak seorangpun yang berani menyentuh. Hanya rokok dan vodka yang paling digemari.

Yang saya heran, untuk negara sebesar itu, mereka hanya punya satu stasiun TV. Tetapi mereka punya banyak media cetak yang dengan mudah meracuni generasi muda di negara lain.
Dan negeri itu punya semboyan yang berbunyi,
fashion itu bukan tentang fungsi. Aksesoris hanyalah sepotong iconografi untuk merefleksi identitas individual.”


#disuatu masa, waktu jengkel sama kuliah. nonton FashionTV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follower