Part II
08 Juni 2011
Saat itu, dia sudah
bukan orang asing lagi.
Dia adalah kamu……
Begitu cepat proses itu
terjadi. Kamu mendapatkan kontakku, dan kita sudah begitu akrab seperti
sepasang teman masa kecil. Tapi memang itu yang aku rasakan dari awal
melihatmu, kan? Aku merasa mengenalmu.
Anyway,
di hari itu aku sakit. Seingatku maag, sesak nafas, dan sedikit demam. Sudah
hampir seminggu, dan masih belum membaik. Aku bahkan sampai bolos kuliah dua
hari. Aku cerita sama kamu. Kamu bilang kamu mau menengokku.
“Mana, kasih alamatmu.
Nanti aku cari.”
Aku tidak terlalu
banyak berpikir, aku memberi alamat kosku. Dan malamnya, kamu langsung
mendatangiku sepulang kerja. Terus terang saja, aku heran, terkejut, sekaligus
tersanjung waktu kamu dengan mudahnya menemukan gang rumah kosanku.
Seingatku kita tidak
banyak ngobrol malam itu. Kamu mau tahu apa yang aku rasakan waktu kamu datang?
Hanya dengan melihat wajah asing sekaligus familiermu itu, aku merasa suhu
badanku semakin tinggi, tapi aku merasa normal. Lalu kamu tersenyum, dan bilang
“hai”. Dan itu membuatku semakin sesak nafas, tapi aku merasa sangat senang,
seperti habis naik rollercoaster. Yang lebih konyol lagi, adalah waktu aku
mencium bau badanmu yang khas itu, aku merasa asam lambungku menjadi normal dan
aku tidak merasa mual lagi. Hahaha kamu pasti tidak tahu kan, besok paginya aku
sembuh total dan aku masuk kuliah lagi.
Teman-temanku
mengejekku. Mereka bilang aku manja, ada yang bilang juga kalau aku hanya sakit
pura-pura. Kata mereka, mana mungkin sakit berhari-hari bisa sembuh cuma dengan
ketemu kamu satu malam saja. Mereka pikir, aku ini konyol. Biar saja… mereka
tidak tahu, kalau malam itu kamu memintaku menjadi pacarmu, dan aku bilang iya.
Padahal aku belum
begitu kenal kamu. Aku tidak tahu banyak tentang latar belakangmu, hanya tahu
kalau kamu dari Palembang, seperti teman sekosku. Aku tidak tahu sifat-sifatmu.
Aku bahkan tidak yakin, kamu serius atau cuma main-main. Tapi aku tidak peduli.
Aku bilang iya. Karena aku tahu, aku suka kamu. J
Sekarang, aku mau jujur
sama kamu. Dari awal kamu bilang kalau kamu suka aku, aku sudah tahu kalau kamu
sebenarnya tidak yakin dengan perasaanmu sendiri. Waktu kamu bilang kalau kamu
suka aku, aku diam tapi pikiranku bermonolog.
“Aku tahu kamu playboy.
Aku
tahu kamu pasti punya cewek lain selain aku. Atau setidaknya, kamu pasti
barusan nembak beberapa cewek lain sebelum aku.
Aku
tahu kalau suatu saat nanti kamu akan selingkuh dariku.
Aku
tahu kalau aku akan sakit hati karena kamu.
Tapi
anehnya, aku merasa tahu kalau cerita kita akan seru”
Semua itu, aku sudah
tahu. Semua ulahmu yang akan menyakitiku suatu saat nanti, semua kenakalanmu. Semuanya,
aku sudah tahu dari awal. Itulah kenapa aku selalu mudah memaafkanmu. Karena, somehow, aku sudah siap dengan semua itu.
Tapi ternyata, ada
hal-hal yang aku tidak pernah tahu akan terjadi nantinya. Hal-hal yang tidak
kalah meninggalkan bekas dibanding kenakalanmu. Hal-hal yang entah bagaimana
bisa membuatku bertahan menghadapimu. Hal-hal yang meluluhkanmu. Hal-hal yang
pada akhirnya, membuatku membenci bulan April…
© © ©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar