Rabu, 28 Maret 2012

(JUST) an April Mop



Part I


Aku menyukai bulan-bulan yang menyusun satu tahun itu menjadi genap. Karena selalu ada cerita atau momen tertentu yang menjadikannya berkesan. Contohnya, aku suka Desember, karena suasana Natal di kota ini begitu menghangatkan hati. Aku suka Januari, karena selalu ada hal baru di bulan itu. Aku suka November, karena di bulan itulah aku berulang tahun. Aku suka Juli, karena itu ulang tahunmu. Aku paling suka bulan Mei, itu adalah waktu kita pertama ketemu. Tapi aku lebih suka lagi bulan Juni, karena di bulan itulah aku memutuskan untuk menjadi pacarmu.
Tapi aku selalu benci bulan April. Apapun yang kulakukan untuk menjadikannya indah, selalu berakhir sia-sia dan membuatku semakin membenci April…

©         ©         ©


28 Mei 2011
Aku dan teman satu kosku diajak oleh seorang teman kampus untuk datang ke titik 0 km kota ini. Ada acara panggung rakyat yang diadakan oleh sebuah komunitas musisi jalanan dimana teman kampusku tadi bergabung didalamnya. Aku datang malas-malasan, dan semakin tidak antusias ketika melihat band yang sedang di atas panggung menyanyikan lagu metal sambil mengangguk-anggukkan kepala penuh rambut panjang itu seperti berusaha mengusir ketombe. Kepalaku sakit seketika.

Dengan enggan aku duduk di pinggiran taman kecil di pinggir jalan. Mengamati hiruk pikuk yang terjadi dan mencoba menikmatinya. Hasilnya, kepalaku malah semakin sakit. Jadi aku mencoba mengalihkan perhatianku pada hal lain. Aku mengamati trotar di seberang jalan yang juga ramai tetapi dengan kesibukan yang berbeda. Di seberang jalan, orang-orang hanya duduk menikmati malam yang semakin larut di kota tua ini. Aku mencoba meletakkan pikiranku di seberang sana. Sementara dentuman musik hardcore mulai menggema samar di ujung rongga telingaku.

Tiba-tiba musik berhenti. Aku memutar kepalaku ke arah panggung. Dan mendapati bahwa ternyata band tersebut sudah selesai membawakan lagunya. Kemudian, maju sekelompok pemuda lain dengan penampilan yang lain juga. Aku yakin, kali ini kepala dan telingaku akan sedikit lebih tenang. Dan benar, band yang ini membawakan lagu pop yang lebih kumengerti meskipun aku belum pernah mendengar lagu ini sama sekali sebelumnya. Lalu aku mencoba melihat ke arah lain lagi, mencari distraksi.

Dan saat itulah, tepat saat itulah. Ekor mataku menangkap sosok asing, betul-betul asing, tapi aku merasa pernah melihatnya sebelumnya. Pikiranku, imajinasiku, merasa pernah mengenalnya. Tapi entah kapan, entah dimana, entah siapa. Dia memakai kemeja kotak-kotak warna hitam putih, celana jeans hitam, memakai sneakers hitam dengan lambang Nike berwarna hijau. Pada bahunya terslempang sebuah tas hitam kecil. Dia kurus, tinggi, dengan potongan rambut ala-ala emo yang sepertinya sedang pasaran saat itu. Aku tersenyum kecil. Aku masih memandangnya, bukan, menatapnya. Kepalaku mencari-cari biografi seseorang yang pernah kukenal dengan ciri-ciri seperti itu, tapi tidak menemukan siapapun.

Aku masih mencari-cari file dalam ingatanku ketika aku hampir menyerah, dan secara tiba-tiba -  hanya sepersekian detik - dia menatapku. Seolah dia sebenarnya tahu bahwa aku memperhatikannya dari tadi. Dan tatapannya saat itu, begitu………… sulit mengartikannya. Ada tatapan mengancam dalam sorot matanya yang tajam. Tapi juga ada sebersit tanda tanya di dalamnya, juga sedikit rasa penasaran seperti yang aku rasakan.

Tertangkap basah seperti itu - anehnya - alih-alih membuang muka atau tertunduk malu, aku malah melemparkan senyum kepadanya. Aku sendiri tidak tahu darimana keberanian itu datang. Maksudku, dalam masa krisis percaya diri yang sedang kualami saat itu, memandangnya dari jarak yang sejujurnya hanya sekian langkah, memberiku sebuah alasan untuk tersenyum. Itulah, pertama kalinya aku tersenyum setelah berbulan-bulan auraku berwarna kelabu.

Waktu itu, jam semakin mendekati tengah malam. Dan dia masih duduk di sana, kami masih saling menatap dalam jarak dan ditengah hentakan musik segala aliran, tidak ada yang saling mendekati, tapi tidak ada juga yang mau mengalihkan tatapan dari satu sama lain. Bahkan aku nyaris melupakan keberadaan teman satu kosku yang datang bersamaku. Sampai akhirnya……

Terdengar suara tabrakan dari arah seberang jalan, dan semua orang melihat ke arah itu, termasuk aku. Hampir semua orang di tempat itu berlarian menuju arah suara, kecuali aku dan temanku. Kami hanya berdiri, melihat dari tempat kami. Tapi tempat tabrakan itu terlalu jauh dari tempat kami, jadi kami tidak bisa melihat apapun. Acuh, aku kembali ke tempat dudukku semula, dan melihat ke arah orang asing tadi duduk. Tapi dia sudah tidak ada disana. Aku bingung, aku berdiri, dan mulai mencari-cari dengan pandanganku. Aku melihat ke semua arah, tapi terlalu banyak orang disana. Aku panik. Untuk suatu alasan yang tidak jelas, aku panik.

Tanpa semangat, aku berbalik untuk duduk di tempat tadi. Dan disanalah dia, tepat didepan hidungku, menunduk untuk menatapku yang jadi terlihat kerdil di depannya. Aku tersentak, dan segera membeku di tempatku berdiri. Bukan karena nervous, aku bahkan tidak sempat memikirkan nervous saat itu. Tapi karena aku mencium sebuah bau yang khas dari tubuhnya. Seperti campuran antara rokok, pengharum AC, sedikit alkohol dan……hujan? Aku tidak yakin. Tapi aku yakin akan satu hal. Aku tidak akan pernah bisa melupakan bau itu, bahkan sampai berbulan-bulan setelahnya, bahkan sampai cerita ini menjadi semakin rumit, dan bahkan sampai April yang menyebalkan itu datang.

Kembali ke saat itu, momen itu, detik itu…
Aku mengangkat kepalaku untuk melihat wajahnya yang berada tepat di atas kepalaku. Dia tinggi sekali. Aku benar-benar seperti kurcaci gendut jelek dan bau, sementara dia seperti... bukan pangeran, tentu saja. Tapi… seperti… rock star yang begitu keren dengan sikap dingin yang angkuh, misterius, yang mampu membuat histeris penggemarnya (atau dalam hal ini, aku), dan wangi. Tapi, untuk seorang rock star yang angkuh – ajaibnya – dia tersenyum. Dan senyuman itu adalah hal ke tiga yang tidak akan pernah kulupakan sampai kapanpun, setelah stelan pakaiannya dan bau badannya.

Setelah itu, semuanya terlihat begitu cepat, seperti flash yang kabur dan tidak begitu jelas. Dalam ingatanku, aku cuma bisa mengingat scene ketika aku, teman kosku, teman kampusku, teman dari teman kampusku, dan stranger itu sudah duduk dalam satu lingkaran. Dan aku mengingat dengan jelas – bahkan seperti menggema dalam rongga kepalaku yang seolah tiba-tiba kosong – ketika dia menyebutkan namanya.
“Bara”

©         ©         ©

1 komentar:

  1. The casino is legal in Delaware (not in VA)
    Harrah's Resort Southern California has officially 원주 출장안마 moved 아산 출장안마 into the 경기도 출장안마 Harrah's Resort Southern 구리 출장안마 California is an enterprise of Caesars 구미 출장샵 Entertainment Inc.

    BalasHapus

Follower