Senin, 13 September 2010

Tentang "DIA"


September 2010
Disela-sela semakin memburuknya hubungan kami, aku menyempatkan diri untuk merenung dan introspeksi. Selama aku mengenal dia, kami telah sering saling menyakiti. Tapi di sisi lain, dia juga telah mengajariku banyak hal.

Pertama, dia mengajariku tentang cinta...
Selama hidupku, sampai aku berumur delapan belas, aku tidak pernah mendengar seseorang mengatakan cinta padaku. Tapi dia, adalah orang pertama yang mencintaiku bahkan sejak bertemu denganku, waktu aku masih sangat jelek. Meskipun dia tidak pernah mengatakannya. Tapi dia memang tidak perlu mengatakannya...


Aku ingat waktu aku kecil, aku menginginkan satu set alat peraga untuk belajar membaca. Aku memintanya sambil menangis. Dan dia membelikannya untukku. Itu salah satu bukti bahwa dia mencintaiku; dia memberikan apapun yang aku minta – selama itu berguna untukku. Setelah itu, dia mengajariku menggunakan alat peraga itu sampai aku pandai. Hasilnya, aku sudah bisa membaca setahun sebelum aku masuk TK. Lalu dia memberikan dua buah buku dongeng yang menjadi koleksi buku pertamaku. Sejak saat itu, aku jadi cinta pada buku. Lihat, bagaimana dia mengajariku dua cinta sekaligus; cinta pada orang lain, dan cinta pada buku.

Tahu apa yang paling berkesan dari ajarannya? Waktu aku meminta alat peraga itu, dia menggunakan uang terakhir di dompetnya untuk membelinya, yang baru aku tahu belakangan ini, seharusnya uang itu untuk membeli rokok. Di waktu yang sama, dia telah mengajariku tentang pengorbanan.

Dia mengajariku kepedulian dan kasih sayang. Dia selalu ingat bahwa aku suka warna hijau, dan aku tidak suka kulit ayam, dan aku akan muntah jika makan sosis, dan dia selalu memandangiku diam-diam ketika aku menari tanpa irama.

Dia mengajariku meminta maaf dan memaafkan. Buktinya, dia pernah menghajarku sampai aku demam. Tapi setelah itu, dia menangis di hadapanku dan meminta maaf. Waktu itu suatu hari setelah aku sudah jatuh cinta pada buku, mungkin ketika aku kelas satu SD. Karena aku melakukan kesalahan fatal yang aku sendiri tidak ingat. Yang jelas, aku telah membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaan sampingannya. Lalu keesokan paginya, ketika aku bangun dan demamku turun, aku sudah melupakan semua yang terjadi dua puluh empat jam sebelumnya. Sejak saat itu, aku selalu melupakan kesalahan orang setelah aku bangun tidur.

Dia mengajariku untuk menjadi orang pintar, dia bilang orang pintar akan selalu dihargai. Dia membuatku menjadi peringkat satu selama enam tahun berturut-turut, waktu aku masih SD.

Dia mengajariku untuk tidak takut bermimpi. Dari buku-buku yang pernah kubaca mimpi-mimpi itu kudapat. Aku membayangkan, seandainya dia tidak mengajariku membaca, aku pasti akan menjadi orang dengan pikiran yang sangat terbatas.

Dia mengajariku arti motivasi ketika dia mengatakan bahwa aku penari berbakat. Dia mengajariku untuk tidak takut mengatakan kebenaran. Dia mengajariku untuk memperjuangkan keinginan dan hak-hakku. Dia mengajariku tentang bicara lugas, sopan, logis.

Dia mencoba menumbuhkan semangat juang yang tinggi padaku. Dia mencoba menanamkan mimpi yang besar supaya aku tidak cepat puas, dia sendiri memiliki mimpi yang begitu menguras ambisi. Dia ingin menjadikanku orang besar... Tapi aku mengecewakannya.

Aku mengecewakannya karena semuanya berubah. Mimpi-mimpi besarnya sudah sebagian teraih, dan itu membuatnya sibuk. Sementara mimpiku belum satupun terwujud. Dia semakin menuntut pembuktianku akan mimpi-mimpi yang pernah kuproklamasikan. Dia semakin menanamkan mimpi-mimpi yang semakin hari terasa semakin besar, sementara mimpiku sendiri berubah. Aku memimpikan hal baru yang tidak pernah dibayangkannya, dan itu semakin mengecewakannya...

Aku berhenti menari hanya karena dia tidak pernah sempat melihatku di panggung. Aku berhenti menulis hanya karena dia tidak pernah sempat membaca tulisanku. Aku berhenti berharap, aku berhenti bermimpi, dan aku menjauh darinya.

13 September 2010
Lima puluh delapan hari sebelum usiaku delapan belas.
Seorang sahabat mengatakan padaku bahwa dia selalu membanggakanku di depan banyak orang. Dia selalu mengatakan bahwa dia masih tetap mencintaiku tak peduli seberapa besar perbedaan kami sekarang. Dia mengatakan bahwa aku adalah orang yang paling berharga baginya.

Dia bilang di depan semua teman-temannya, "aku selalu mencintainya meskipun dia gadis paling malas di kampung ini.."

Sahabatku itu tidak tahu, bahwa tanpa perlu diberitahu pun, aku sudah sepenuhnya sadar bahwa dia memang mencintaiku. Tapi mendengar cerita orang, dalam situasi yang begitu buruk, membuatku memaki diriku sendiri. Mengingat betapa besar cinta yang dia berikan padaku, sementara aku justru menciptakan jarak, membuatku membenci diri sendiri. Meski bagaimanapun aku tetap berterimakasih pada sahabatku itu. Jika dia tidak memberitahuku, mungkin aku masih akan menelan mentah-mentah gengsi dan egoku. Sahabatku itu, membuatku menyadari betapa kekanak-kanakannya diriku.

Aku selalu berpikir bahwa aku tersiksa dengan segala tekanan-tekanannya, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa dia juga tersiksa karena harus menekanku. Aku tidak pernah berpikir bahwa dia hanya ingin aku menjadi nomor satu. Dan aku tidak pernah berpikir, bahwa meskipun aku telah berkali-kali gagal, aku tetap menjadi nomor satu baginya.

Aku tidak pernah berpikir bahwa dia telah memberikan banyak hal hebat padaku. Aku menyadari aku bukan orang ‘biasa’ – bahwa aku ‘berbeda’ – aku spesial, dan hanya dia yang bisa membuatku merasa begitu. Hanya orang hebat yang bisa mengatakan, “kamu berbeda,” dan benar-benar bisa membuat seorang anak kecil ingusan biasa menjadi seorang anak penuh impian.

Dia mengatakan, “kamu benar-benar spesial. Ketika anak lain menginginkan boneka dan mainan, kamu justru menginginkan peraga alphabet. Ketika anak TK lainnya sudah bangga ketika bisa membaca habis satu buku cerita, kamu malah sudah ikut lomba baca puisi.” Hanya dia yang memujiku dengan cara itu.

Benar-benar hanya orang hebat itu yang bisa mengubah seorang anak kecil ingusan biasa, menjadi remaja yang merasa berbeda, dan suatu saat nanti akan menjadi orang besar sesuai keinginannya.

Kalian tahu siapa orang hebat itu? Kalian pasti tahu :)...
Dia AYAHKU.

Dear my supper Daddy,
I love you and will always do. Sorry for every disappointing thing I’ve done. From now on, I will always do what you ask me to do. And I will never regret the sacrifices I’ve done. Believe me; I will try to be the number one. Just give me another chance.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follower