Senin, 24 Oktober 2011

Rekaman Silam


Pernah lihat bagaimana orang membuat film? Mereka merekam semuanya dalam pita-pita kaset. Dan ketika kita memutarnya suatu hari nanti, itulah yang kita sebut masa lalu.

Kamu punya satu film yang seperti itu. Kamu merekamnya entah dimana, entah kapan, dan entah dengan siapa; menyimpannya dalam kotak kenangan, dan memutarnya ulang di sebuah screen hitam kelam dengan musik latar lagu-lagu patah hati.


Kamu memutarnya di depanku. Kamu ingin menunjukkan bahwa “inilah masa laluku”. Tapi kamu lupa kalau aku punya alam bawah sadar yang lebih peka dari lensa yang kamu pakai untuk merekam filmmu itu. Dan alam bawah sadarku itu bekerja berkali lipat lebih keras daripada proyektor yang kamu pakai untuk menyorotkan gambar-gambar indah itu ke depan mataku. Padahal kalau kamu ingat aku punya alam bawah sadar itu, tentu kamu juga akan ingat bahwa alam bawah sadar itu akan memproses tayangan masa lalumu sebagai sinyal, yang akan membunyikan alarm emosi terdalam yang sanggup meraung segarang lautan. Karena kalau kamu ingat, kamu pasti tahu kalau alam bawah sadarku akan tidak berhenti bergemuruh penuh curiga. Karena kalau kamu ingat, tentu kamu akan tahu kalau aku akan sangat terluka.

Tapi filmmu itu terlalu indah untuk dilupakan dan terlalu sedih untuk dikenang bukan? Seperti kata lagu nostalgia itu… dan aku bisa mengerti jika terlalu sulit buatmu untuk memotong gulungan pita filmmu dan membakarnya, menjadikannya seonggok kenangan yang kemudian jadi tak berharga… karena memang itu terlalu berharga.
Dan nyatanya sayalah yang tidak berharga…

1 komentar:

Follower