Rabu, 03 Agustus 2011

Waktu Aku Sama Kamu

Prolog
Pernah menjadi salah satu yang kamu inginkan adalah sesuatu yang pantas untuk disimpan.
Dan selayaknya seseorang yang tersanjung karena merasa istimewa, aku mulai menuliskan semuanya, sepanjang yang aku ingat, sejauh yang mungkin untuk diceritakan...
ϗ ϗ ϗ
26 Januari 2011
Ku akui, pesonamu begitu menyilaukan. Sebenarnya aku menyadarinya, tapi aku hanya menutup mata dan pura-pura tidak tahu. Sampai pada hari itu, kamu memintaku untuk berdiri di sampingmu waktu kamu menunjukkan sebuah formula dalam program Excel di laptopku. Batinku bilang, “nggak. Aku nggak mau dekat-dekat kamu. Karena kamu terlalu wangi... dan itu nggak baik untuk jantungku yang karatan.” Tapi nyatanya aku tetap bergerak mendekatimu, dengan jantung karatanku yang berdenyut over beat.
ϗ ϗ ϗ

25 Februari 2011
Malam ini aku memimpikan kamu. Kamu menikah dalam mimpiku. Tapi kamu nggak punya pengantin dalam pernikahanmu sendiri. Kata orang kalau orang dimimpikan menikah berarti orang itu mau sakit. Dan ternyata kamu memang sakit. Bersamaan dengan hari ulang tahun bundamu. Kenapa aku bisa tahu semua itu? Padahal aku bukan siapa-siapa buat kamu.
ϗ ϗ ϗ
26 Februari 2011
Malam ini aku bertemu kamu lagi dalam mimpi. Disini aku sesak nafas, lalu kamu datang. Entah kenapa kamu begitu melindungi. Entah kenapa kamu yang datang dan mengantarkanku ke tempat aman? Kenapa bukan ayah atau mom yang menjemputku, kenapa justru kamu?
ϗ ϗ ϗ
27 Februari 2011
Malam ketiga kamu berkunjung ke tempat amanku. Kali ini kita pergi camping. Ada adik dan saudara sepupuku juga. Kita mendirikan tenda di sebuah tanah datar didekat gedung SMP-ku dulu. Lalu aku menyadari bahwa tempat itu berhantu, dan kamu lagi-lagi melindungiku. Kita segera meninggalkan tempat itu dan menuju rumahku. Tapi waktu orang tuaku muncul, tiba-tiba kamu menghilang.
Waktu bangun, aku berpikir kamu nggak ada bedanya dengan hantu-hantu di tempat kita camping.
ϗ ϗ ϗ
28 Februari 2011
Malam keempat. Wajahmu kembali muncul dalam satu adegan pendek dalam mimpiku. Aku dan kamu sedang mengobrol di warung tempat kita pertama bertemu. Ada dua sahabatku juga disana, ikut mengobrol dengan kita. Waktu sepertinya berhenti disaat itu, dan kita hanya mengobrol. Menikmati perbincangan kita tanpa ikatan tanpa paksaan, tanpa tuntutan. Tapi ada yang lain yang aku nikmati.... wangi parfummu yang bercampur aroma secangkir kopi.
ϗ ϗ ϗ
01 Maret 2011 – 03 Maret 2011
Tiga malam selanjutnya aku masih saja bertemu kamu di tempat amanku, yang nggak sembarang orang tahu. Lagi-lagi kita bicara begitu tenang dan damai. Setiap malam selalu ada hal berbeda yang kita bicarakan. Sayangnya waktu aku bangun, aku nggak pernah bisa ingat apa saja yang kita bicarakan. Hanya dua hal yang bisa aku ingat, senyummu, dan wangi parfummu yang bercampur kopi faforitku.
ϗ ϗ ϗ
04 Maret 2011
Kali ini seorang gadis bertubuh kecil berambut indah ikut hadir dalam mimpiku. Dia menggandeng tanganmu sepanjang perjalanan kita menuju entah kemana. Kita bertiga berjalan beriringan tanpa suara. Tapi aku melihat senyum di wajah kalian, dan tanpa kumengerti aku pun ikut tersenyum.
Tiba-tiba satu pesan masuk ke ponselku, “kamu anak baik. Banyak orang yang kagum sama kamu, dan senang di dekatmu. Kamu pantas mendapat...” dari kamu. Aku nggak sempat membaca semuanya.
Lalu satu lagi pesan masuk, “kata-katanya jangan dimasukkan hati. Dia suka merendah. Kamu selalu percaya bahwa yang terbaik akan segera datang. Aku rasa dialah orangnya. Jangan sedih, kin memang sukanya gitu..” dari gadis berambut indah itu, yang dalam mimpiku kuyakini berinisial A.
Aku memandang gadis itu, berparas ayu dan tidak banyak tingkah, begitu manis dalam kaos berwarna ungu dan jaket abu-abu. Dia tersenyum tulus sekali pada kamu. Dan waktu aku melihat kamu, aku melihat kekaguman menderas dari kedua matamu.
Aku berusaha menghapalkan isi kedua pesan aneh itu. Tapi tiba-tiba aku bangun sebelum aku sempat menghapalnya. Dan ketika aku bangun, aku masih sangat bingung. Hanya wajah kalian berdua tersenyum satu sama lain, yang tersisa di kepalaku. Tapi detik berikutnya, ketika aku mencoba bangun dari tempat tidur, satu kata tiga huruf menyapu cepat otakku yang masih layu.
kin
ϗ ϗ ϗ
05 Maret 2011
Paginya. Aku nggak mau memikirkannya. Aku ingin membiarkan tujuh malam itu berlalu begitu saja. Tapi ternyata pemikiran usilku mendorongku untuk mencari tahu. Jadi aku tanyakan ke kamu.
Aku : “Mas aku mau tanya, tapi pertanyaanku agak aneh, tapi pokoknya jawab aja
ya..”
Kamu : “iya, tanya apa?”
Aku : “Kamu pernah dengar kata ‘KIN’? Maksudku itu ada artinya nggak buat
kamu?”
Kamu : “Apaan itu kin?”
Aku : “Entah. Aku cuma dengar dari mimpi. Ada orang yang manggil kamu
begitu” J
cukup lama sebelum akhirnya kamu bilang, “nggak usah dibahas ya” meninggalkanku melongo, syok parah. Lalu...
Aku : “tunggu, tunggu! Pertanyaan terakhir, aku nggak akan tanya macam-macam, aku cuma pengen tahu, itu ada artinya nggak buat kamu?”
Kamu, sangat singkat, menjawab “ada”
Sorenya...
Kamu, dengan gaya SMSmu yang sangat irit, “lagi di Malioboro nih sama bunda” J
Aku tersenyum membacanya. Tiga kali kamu ngasih tau aku kalau kamu sedang sama bundamu. Kamu buat aku lebih sayang dan lebih menghormati mom.
ϗ ϗ ϗ
15 Maret 2011
Kamu dengan mudahnya bilang kalau kamu mulai suka sama aku. Yang cuma kutanggapi dengan tertawa karena aku nggak mau percaya (lebih tepatnya, aku takut untuk percaya)...
Kamu juga mancing-mancing supaya aku bilang aku juga suka sama kamu. Tapi aku belum berani bilang begitu. Aku cuma berani bilang kalau aku peduli sama kamu.
Dan memang begitu kenyataannya...
ϗ ϗ ϗ
17 Maret 2011
Mudah buatmu untuk main-main sama perasaanku. Mudah buatmu untuk bikin aku merasa spesial sekaligus merasa tolol. Dan mudah juga buatmu untuk membuatku bilang kalau aku memang suka sama kamu.
Fine! I fall for you! Aku – TERNYATA – memang suka sama kamu. Aku suka waktu kamu ketawa, meskipun dua gigi depanmu kayak Spongebob. Aku suka waktu kamu merokok meskipun asap rokokmu bikin dadaku sakit sekali. Dan aku suka waktu kamu bikin aku nangis, waktu kamu sebentar bilang suka dan sebentar bilang nggak bisa lupa.. are you happy now??! Damn it.. apa itu sebanding sama apa yang kamu rasain ke aku?” L
Persis itulah yang aku bilang ke kamu waktu kamu mempermainkan aku. Dan setelah itu nyaris dua hari kamu nggak menghubungi aku.
ϗ ϗ ϗ
18 Maret 2011
Jantung karatanku mulai bereaksi dengan asap-asap hitam yang melayang-layang di sekeliling kepalaku. Ditambah lagi, kamu.
Kamu – duduk di bagian luar dari warung berdinding bambu tempat faforitku dan teman-teman untuk menghabiskan waktu luang yang cukup mahal.
Kamu – berjarak beberapa langkah di depanku, tapi kenapa wangi Giorgio Armani itu begitu kuat sampai rasanya kamu bukan ada di sana, melainkan tepat di depanku?!
Hampir enam puluh menit jantung karatanku berusaha bertahan dengan situasi itu. Dan nggak bisa lebih lama lagi. Jantung karatanku menyerah untuk malam ini.
Setengah berlari aku keluar dari tempat itu, melewati kamu yang anteng saja seolah kita nggak pernah kenal.
Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kamu masih cukup peduli untuk tahu keadaanku? Kamu tanya aku kenapa, yang nggak aku jawab karena sampai kos aku langsung nggak sadar.
Tapi begitu sadar dan menerima pesanmu, aku tahu jantung karatanku sedikit membaik. Aku tahu sekedar pertanyaan, “kamu kenapa?” itu sudah cukup membuat semuanya kembali normal.
Apalagi waktu kamu bilang, “aqu ga mau kalo aqu tau pacar aqu nyembunyiin sesuatu dari dirinya”. Bukan normal lagi, sekarang duniaku jungkir balik.
Tapi lagi-lagi aku terlalu takut untuk percaya. Jadi aku karang cerita-cerita itu supaya kamu sedikit mikir sebelum memutuskan. Tapi waktu itu kamu tetap bilang kalau kamu bisa terima aku dan tetap bilang sayang sama aku. Yang belakangan ini aku rasa itu cuma efek bergelas-gelas minuman serbuk yang kamu beli di warung bambu.
ϗ ϗ ϗ
24 Maret 2011
Bagaimana caranya bilang sama kamu kalau aku kangen wangi parfummu yang bercampur aroma secangkir kopi – tanpa membuat cewekmu marah?
Bagaimana caranya bilang sama kamu kalau menurutku kamu itu bajingan, tapi aku sayang sama bajingan yang satu ini – tanpa menyakiti hati cewekmu?
Bagaimana caranya ngasih tau kamu kalau aku nggak bisa membencimu, dan aku akan maafin kamu kalau kamu cukup gentle untuk minta maaf, dan meyakinkan kamu kalau aku bukan mantanmu dan nggak akan pernah menjadi dia – tanpa merusuhi hubungan kalian?
Bagaimana caranya membuat kamu tahu kalau aku begitu mempercayai kamu, dan aku benci omongan orang-orang yang mengatakan hal-hal buruk tentang kamu? Bagaimana bilang sama kamu kalau logikaku tahu apa yang mereka bilang itu mungkin benar, tapi naluriku pengen percaya kalau kamu nggak seperti yang mereka bilang?
Bagaimana caranya ngasih tau kamu kalau aku nggak pernah bisa cerita jujur sama siapapun tentang kamu karena aku nggak mau mereka membenci kamu?
Bagaimana caranya nunjukin ke kamu kalau kamu udah mengacaukan jam tidurku, kalau kamu bikin aku nggak bisa bernafas, dan meskipun efekmu seratus kali lebih kuat daripada kafein dan nikotin, aku tetap suka ada di dekat kamu? Bagaimana caranya bikin kamu sadar kalau efek destruktif yang kamu tanamkan di aku itu memang menyakitkan tapi aku kecanduan?
Bagaimana caranya bikin kamu tahu kalau setiap kata “sayang” yang pernah kamu katakan itu ngaruh banget buat aku? Dan aku ingat waktu pertama kamu bilang sayang tanpa aku tau darimana kata itu meluncur, entah dari emosi, entah dari ego, yang jelas bukan dari hati. Tapi tetap saja sisi naif dari seorang cewek kampungan dalam mentalku ingin percaya. Padahal jelas-jelas setelah itu kamu bilang, “sori, itu bukan buat kamu”.
Bagaimana caranya jujur sama kamu kalau kalung yang kamu kasih waktu itu masih aku simpan meskipun aku udah kalah dalam permainanmu? Apa kamu tahu dia menggantung dileherku sepanjang waktu? Tersemprot parfum ayahku yang kupakai juga sepanjang waktu. Kalung berwarna cokelat dan parfum aroma cokelat, dua hal yang menguatkanku waktu seluruh dunia menjauhiku.
Bagaimana caranya cerita langsung sama kamu kalau susah payah aku mengumpulkan kepingan mimpi tujuh malam – yang kamu hadir di dalamnya, bagaimana aku mati-matian merangkainya biar menjadi satu clue tanpa membuatnya hancur, yang ujung-ujungnya cuma membias ke dalam nafas waktu kamu bilang sayang sama cewek lain?
Tapi waktu kamu tahu semua yang buruk dari aku dan tiba-tiba kamu menjauh, bagaimana caranya aku membuat semuanya tetap terkendali, menjaga semuanya tetap utuh? Bagaimana caranya supaya aku nggak perlu menyakiti kamu hanya untuk nunjukin ke kamu sakitnya aku?
Bagaimana caranya nunjukin ke kamu kalau wangi parfummu belum menguap dari memoriku, kalau setiap detil garis wajahmu masih tercetak jelas dalam ingatanku, cara jalan dan cara bicaramu justru menjadi flashback yang terus-terusan berputar setiap aku nutup mataku, dan suara tawamu masih bergaung dalam otakku? Dan lengkung bibirmu, deretan gigimu, kerut di sudut matamu, semua hal waktu kamu senyum, aku bisa mengingatnya bahkan waktu aku tidur.
Bagaimana caranya mengatakan semua itu di depanmu sementara melihat punggungmu sambil lalu saja udah bikin dadaku nyeri sekali? Bagaimana caranya menyampaikan semua itu ke kamu tanpa terkesan hiperbol dan mendramatisir? Yang paling penting, bagaimana caranya membuat kamu tahu semua yang aku pikir selama tiga hari terakhir ini, tanpa membuatku terkesan murahan dan begitu mengharapkan kamu? Karena sebenarnya, yang aku harapkan selama tiga hari terakhir ini memang bukan kamu, tapi cuma penjelasanmu. Bahkan satu kata saja yang mungkin udah lebih dari cukup..
ϗ ϗ ϗ
05 April 2011
Begitu banyak lagu bertemakan cinta sudah diciptakan musisi-musisi dari seluruh dunia. Begitu banyak, tapi kenapa yang satu ini harus beda?
Memang nggak sedalam lirik lagu Your Call-nya Secondhand Serenade atau setulus I Love You-nya Avril yang simpel. Tidak semengenaskan Here Without You-nya 3Doors Down. Juga nggak senggombal Your Guardian Angel-nya Red Jumpsuit Aparatus, atau lagu-lagu percintaan Indonesia yang rajanya lagu nggombal. Tapi yang ini memang berbeda...
Kau bagaikan angin di bawah sayapku, sendiri aku tak bisa seimbang”...
Sebaris lirik dari keseluruhan lagu yang paling aku ingat, yang paling menyentak sekaligus menohok. Satu kalimat sepuluh kata yang memberi definisi baru tentang cinta sejati, bahwa keberadaan seseorang yang kita cintai itu bukan sekedar sebagai pelengkap, tapi juga sebagai penyeimbang..
Kau bagaikan angin di bawah sayapku, sendiri aku tak bisa seimbang
Sebuah kalimat yang membuatku sadar akan posisimu, dan sedikit banyak mengerti rasanya menjadi kamu tanpa dia.
Kau bagaikan angin di bawah sayapku, sendiri aku tak bisa seimbang
Sepuluh kata yang dirangkai dengan sempurna yang membuatku menyadari kebenaran yang indah, sekaligus menyakitkan.
Kau bagaikan angin di bawah sayapku, sendiri aku tak bisa seimbang
Kebenaran tentang ‘kamu tanpa dia’ yang membuatku takut untuk mengutak atik kebenaran itu lebih dalam...
ϗ ϗ ϗ
05 April 2011
Langit gelap di luar, udara pekat di dalam warung bambu, dan kamu di seberang sana. Kombinasi mencekik yang sebisa mungkin tidak akan kuingat. Tapi pikiran di dalam rongga kepalaku bekerja begitu cepat, tanpa sempat kucegah, memutar kilas balik dari segala sesuatu tentang kamu yang juga nggak ingin kuingat.
Kalau saja...
18 Maret memasuki 19 Maret 2011, kamu nggak pernah bilang kalau kamu bisa menerima aku yang seperti itu.
Kalau saja...
18 Maret 2011, aku nggak sesak nafas di warung berdinding bambu itu.
Kalau saja...
17 Maret 2011, aku nggak bilang kalau aku memang suka kamu.
Kalau saja...
04 Maret – 25 Februari 2011, aku nggak pernah sekalipun memimpikan kamu.
Kalau saja...
26 Januari 2011, aku nggak berdiri di sampingmu waktu kamu mengutak-atik laptopku. Kalau saja kamu nggak pakai parfum itu.
Mungkin juga diperlukan ‘kalau saja’ di luar tanggal-tanggal itu...
Kalau saja aku nggak membawa sekelebat bayangan dari masa lalumu yang nggak bisa kamu terima tapi juga nggak mungkin kamu tinggalkan.
Kalau saja aku nggak menerima vonis dokter yang mengingatkanmu pada rasa bersalahmu.
Kalau saja aku nggak membawa ‘kesalahan’ ini bersamaku sehingga aku nggak perlu menjadi bayangannya.
Atau mungkin sebenarnya hanya diperlukan satu ‘kalau saja’...
Kalau saja aku bukanlah aku dan kamu bukanlah kamu.
ϗ ϗ ϗ
06 April 2011
Lima April Dua ribu sebelas.
Langit gelap di luar, udara pekat di dalam warung bambu, dan kamu di seberang sana.
Semilir angin sampai ke wajah saya mengantarkan wangi beberapa tetes Giorgio Armani yang segera saya distraksi dengan secangkir kopi.
Kombinasi solid yang mencekik, meninggalkan nafas saya tersengal satu-satu
Belasan kali adegan berulang,
dan saya tidak pernah bosan
Ada sebuah statement mencuat dari kepala saya,
“Saya tidak mau menjadi bayangan
Saya bersumpah tidak akan pernah menjadi bayangan,
sejak saya tahu kalau bayangan itu menyakiti kamu”
Saya berpikir mencari sebuah momen yang terjadi tidak pada tempatnya
Saya merenungi apa yang salah dengan saya
Ingatkah kamu masih punya janji yang tertunda?
Nafas yang tinggal satu-satu ini masih menunggu
Hingga larut jika itu mungkin
Tapi nafas satu-satu yang saya sisakan sekedar untuk menatap kamu ternyata tidak mampu bertahan selama itu
Saya pulang sebelum kamu mematikan rokokmu.
ϗ ϗ ϗ
09 April 2011
HHU is in a relationship with …
Well... WELCOME TO MY LIFE! J
ϗ ϗ ϗ
Epilog
10 April 2011
Pernah menjadi salah satu yang kamu inginkan adalah sesuatu yang pantas untuk diingat.
Tapi seperti yang sudah-sudah, kutanggalkan kalung coklat yang sudah berbulan-bulan tak pernah meninggalkan leherku, aku hanya menyimpannya di dalam sebuah kapsul waktu bersama potongan-potongan kenangan pahit lainnya yang akan segera kukubur dalam-dalam di bawah alam sadarku.
Dan selayaknya brankas berisi rahasia besar, aku akan enggan menyentuhnya. Jadi entah kapan kapsul waktu itu akan kembali ku gali, yang pasti pada saat itu aku akan sudah sama sekali tidak mengingatmu, dan semuanya akan baik-baik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follower