“Yank, kenapa kamu nggak pernah pakai
parfum?”
“Nggak suka,” jawabmu singkat.
Tapi suatu sore, kamu muncul di teras
kosanku dengan aroma parfum yang aku kenal. Sebuah merk parfum yang banyak
dijual di swalayan, dengan botol berwarna bening yang ada hijaunya.
Aku setengah berlari mendekatimu, dan
melompat memeluk tubuh kurusmu yang jauh lebih tinggi dariku.
“Aku suka baumu. Seperti hujan.” Kamu
cuma tersenyum sambil mengelus rambutku.